Output Pendidikan

Arah pendidikan di Indonesia berubah dari tahun ke tahun. Dulu, pendidikan dipusatkan pada kemampuan kognitif (otak) siswa, dengan mengecilkan arti kemampuan afektifnya (sikap). Artinya, pendidikan hanya dilihat dari nilai-nilai yg diperoleh siswa di kelas, tanpa memperhitungkan ahlak siswa tersebut. Apa efeknya ketika siswa menjalani kehidupan nyata setelah dia lulus sekolah? "Siswa" menjadi pintar untuk mencari celah demi keuntungan pribadi. Korupsi mewabah, tidak ada rasa malu terhadap penyelewengan jabatan yang dilakukannya. Sebuah kesalahan fatal sistem pendidikan Indonesia di masa lalu.

Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa semua "produk" pendidikan masa lalu adalah bermasalah. Dalam kenyataannya, ada juga yang berhasil. Ada juga yang bisa menjaga amanat dan berhasil mencapai karir yg lebih baik. Itu adalah hasil dari sebuah didikan keagamaan yg dijalaninya dulu.

Setelah dicanangkannya kurikulum baru pada tahun 2003 yang bernama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) -- dan sekarang diubah lagi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) -- setiap sekolah bisa mempunyai cirikhasnya masing-masing. Sekarang, pendidikan lebih mengutamakan ahlakul karimah (meminjam istilah yg dipopulerkan oleh film Laskar Pelangi). Seorang siswa tidak akan dikatakan berhasil dan tidak akan diluluskan apabila dia tidak mempunyai kecerdasan spiritual dan tidak bisa bersikap baik terhadap teman sejawat, guru, dan apalagi terhadap orang tua, meskipun nilai-nilainya menonjol.

Pendidikan seperti ini diharapkan dapat menciptakan kader-kader penerus bangsa yang bisa lebih menjaga amanat dan lebih cerdas secara spiritual. Intinya, dimanapun kelak mereka berada, disitu akan tercipta sebuah kepastian akan kualitas seorang hasil "ciptaan" para pendidik dan hasil godokan kurikulum baru. Insya Allah.

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan hanya melihat-lihat, tulis komentar atau ikuti pooling yang ada, supaya saya tahu bahwa Anda pernah berkunjung ke sini. Terima kasih atas kesediaannya.