Kegelisahan Hatiku


Di lingkungan kampus Muhammadiyah Tasikmalaya sendiri terdapat 7 sekolah, mulai dari TK, SD, SMP, Mts, MA, SMA, sampai dengan SMK Muhammadiyah. Sejak pemerintah "berencana" membunuh sekolah-sekolah menengah atas swasta dengan gencarnya program SMK, SMA Muhammadiyah 1 Tasikmalaya kebagian imbasnya. Jumlah siswa yang terus menurun setiap tahun menyebabkan rasa bangga dan rasa memiliki mulai terkikis.

Selama tiga tahun program pemerintah tersebut berjalan, selama itu pula jumlah siswa SMA Muhammadiyah 1 Tasikmalaya terus berkurang. Namun, alhamdulillah, kita masih bertahan diatas satu kelas. Sedangkan disaat yang sama, sekolah-sekolah menengah atas yang lain malah terpuruk dengan jumlah siswa yang hanya mampu mencapai belasan orang setiap tahunnya. Untuk tahun ajaran 2009/2010 ini, SMA Muhammadiyah 1 Tasikmalaya mampu mendapatkan murid sebanyak 76 orang, dan dibagi ke dalam 3 kelas "kurus". Turun drastis dari tahun sebelumnya yang mencapai 96 orang, dan dua tahun sebelumnya yang mencapai 120 orang.

Sadar atau tidak sadar, pemerintah sebenarnya sedang menciptakan pengangguran baru. Lama kelamaan, guru-guru non PNS kemungkinan besar akan dirasionalisasikan karena kelebihan personal dalam mengajar.

Orang luar akan menganggap guru DPK (guru PNS yang dipekerjakan di sekolah swasta) tidak perlu khawatir, karena jumlah murid 1 orang pun, misalnya, gaji mereka tidak akan dikurangi. Anggapan itu salah. Betul, gaji memang tidak akan berkurang, tapi kesempatan mengajar pasti berkurang. Apalagi bagi guru-guru yang sudah disertifikasi terdapat kewajiban mengajar selama 24 jam pelajaran. Mengajar "bercabang" ke sekolah lainpun tidak mungkin, karena sekolah lain mengalami hal yang sama. Mutasi ke sekolah negeri pun begitu. Semua kepala sekolah negeri merasa guru-gurunya sudah penuh. Lantas apa yang harus dilakukan? Wallohu'alam, semoga program SMK ini hanya sebagai uji coba pemerintahan SBY-JK yang bersifat sementara.





Muhammadiyah - SMA - SMA Muhammadiyah - SMA Muhammadiyah 1 - SMA Muhammadiyah 1 Kota Tasikmalaya - SMA Muhammadiyah 1 Tasikmalaya - Tasikmalaya - pendidikan - guru - 24 jam pelajaran - SBY - JK

SBY Menang Pendidikan Kalah



Pemilu Presiden (Pilpres) tahun 2009 telah menghasilkan pemenang mutlak. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Budiono telah berhasil mengantongi sekitar 60% suara. Meskipun perhitungan resmi belum dilakukan, tapi beberapa lembaga survei yang melaksanakan quick count telah menunjukkan hal tersebut. SBY menang mutlak sebesar 60an% (berdasarkan quick count).

Kemenangan SBY memang sudah dapat ditebak. Bagi saya, yang terpenting adalah bagaimana kebijakan dia dalam hal pendidikan kedepan. Akankah SBY tetap mempertahankan sistem pendidikan sekarang yang menciptakan generasi pekerja/generasi buruh di masa yang akan datang dengan mengutamakan SMK?

Dana pendidikan memang sangat besar, jauh lebih besar dari dana pertahanan republik ini. Tapi soba perhatikan:
1. TK dibiarkan sesuai mekanisme pasar, hampir sama dengan BHP (Badan Hukum Pendidikan) untuk Universitas, sehingga cenderung mahal.
2. SD dan SMP digratiskan (meskipun pada kenyataannya, beberapa diantaranya masih memungut uang dari siswa dengan berbagai alasan).
3. SMK diutamakan dan dipromosikan gencar, sedangkan SMA dimarjinalkan.
4. Universitas dimahalkan dengan adanya BHP.

Dari poin di atas, pendidikan di Indonesia kedepan, hanya menciptakan lulusan SD dan SMP. Paling jauh ke SMK. Masuk ke Universitas Negeri menjadi sangat mahal, demikian pula ke Universitas swasta. Pendidikan akhirnya jadi "mentok" di titik setingkat Sekolah Menengah Atas (baca: Sekolah Menengah Kejuruan).

Sedih sekali kalau saya merenungkan hal ini. Bukankah seharusnya masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dipermudah sehingga kelak kita akan menghasilkan generasi para manager di perusahaan-perusahaan yang akan menciptakan perusahaan, bukan bekerja di perusahaan.